PEMERHATI.ID, Politik – Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 semakin mendekat, dan para calon legislatif (caleg) di Kabupaten Pohuwato, khususnya Dapil 1 yang meliputi Kecamatan Marisa-Buntulia, mulai mempersiapkan mesin politik mereka.
Salah satu figur yang mencuat adalah Beni Nento, seorang politisi senior dari Partai Golongan Karya (Golkar) Kabupaten Pohuwato. Nama Beni Nento tidak asing di telinga masyarakat Pohuwato, dan kiprahnya dalam politik telah menciptakan citra sebagai kader Golkar yang memiliki loyalitas tak diragukan.
Sebagai langkah awal, Beni Nento telah masuk dalam daftar calon tetap (DCT) sebagai calon legislatif Dapil 1. Dapil ini mencakup Kecamatan Marisa-Buntulia, dan kehadiran Beni Nento di sana menandai komitmennya untuk melanjutkan perjuangan politiknya di tingkat legislatif.
Kiprahnya dalam Pemilu Tahun 2019 menunjukkan kesuksesan, di mana Beni Nento berhasil meraih jumlah suara terbanyak di Dapil ini dengan perolehan mencapai 2.186 suara.
Menariknya, jika kita membedah perolehan suara Beni Nento, Kecamatan Buntulia menjadi basis kuat baginya. Dengan perolehan 1.314 suara di kecamatan tersebut, Beni Nento berhasil mendominasi arena politik.
Meski demikian, kontrasnya terlihat di Kecamatan Marisa, di mana ia meraih 409 suara. Perbandingan ini menunjukkan adanya perbedaan dukungan di dua kecamatan tersebut.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan adanya perubahan dalam konstituensi, terutama dengan penyatuan Dapil 1 (Marisa-Buntulia -Patilanggio-Duhiadaa menjadi Dapil 1 Marisa-Buntulia), perolehan suara Beni Nento akan mengalami penurunan drastis? Atau, sebaliknya, apakah dengan pembagian Dapil yang lebih spesifik, Beni Nento akan mampu meraih dukungan lebih besar dibandingkan dengan Pileg 2019?
Perubahan konstituensi dapat menjadi faktor penentu dalam dinamika politik lokal. Pisahnya dua kecamatan atau penggabungan Dapil bisa membawa perubahan signifikan dalam perolehan suara seorang caleg.
Dalam hal ini, Beni Nento harus menghadapi tantangan baru. Bagaimana ia mengelola basis dukungannya di dua kecamatan yang sekarang menjadi satu? Apakah loyalitas masyarakat di Buntulia dapat dipertahankan, dan apakah ia dapat memperluas dukungan di Marisa?
Dalam analisis politik, sejarah perolehan suara menjadi acuan. Beni Nento telah membuktikan popularitasnya di Buntulia, namun tantangan sekarang adalah mempertahankan basis tersebut sambil berupaya meningkatkan dukungan di Marisa.
Upaya ini akan membutuhkan strategi kampanye yang matang dan kemampuan untuk terhubung dengan berbagai lapisan masyarakat.
Pentingnya waktu dalam membuktikan perubahan dinamika politik tidak bisa diabaikan. Meskipun perhitungan matematis dapat memberikan gambaran, namun variabel emosional dan faktor dinamika sosial juga memainkan peran penting dalam politik.
Masyarakat Pohuwato harus menunggu hasil Pileg 2024 untuk melihat apakah Beni Nento mampu mempertahankan keunggulannya ataukah perubahan konstituensi akan membawa pergeseran signifikan dalam peta politik lokal.
Bagi Beni Nento, ini bukan hanya tentang memenangkan kursi legislatif. Ini juga tentang bagaimana ia dapat mengartikulasikan aspirasi dan kebutuhan konstituennya.
Pengalaman politiknya yang telah teruji di Pemilu sebelumnya menjadi modal berharga, tetapi keterlibatannya di tengah perubahan konstituensi mengharuskannya beradaptasi dengan cepat.
Sementara menunggu waktu untuk membuktikan prediksi dan asumsi, satu hal yang pasti adalah Pileg 2024 di Dapil 1 Marisa-Buntulia akan menjadi pertempuran politik yang menarik.
Dengan dinamika politik lokal yang terus berkembang, peran Beni Nento akan menjadi sorotan, dan masyarakat Pohuwato akan menjadi saksi perkembangan politik yang menentukan bagi masa depan untuk Bumi PanuaTercinta. (Redaksi)