PEMERHATI.ID, POHUWATO – Provinsi Gorontalo. Kehadiran PT Biomasa Jaya Abadi (BJA) telah membawa berkah bagi desa-desa di sekitarnya, salah satunya Desa Trikora yang berada di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Selain banyak pemudanya kini tak lagi menjadi pengangguran, meningkatnya perputaran uang dari para pekerja PT BJA menjadikan desa ini semakin sejahtera.
“Dulu memang sempat ada omongan dari luar sehingga saya tidak setuju dengan keberadaan PT BJA. Tapi setelah sekarang saya lihat dampaknya, alhamdulillah,” ujar Umar Polumolo, Kepala Desa Trikora.
Umar menceritakan, masyarakat Desa Trikora merasakan betul dampak positif dari kehadiran PT BJA. Dulu, banyak warga yang harus pergi merantau untuk mencari nafkah. Kini, masyarakat tak lagi kesulitan mencari pekerjaan. Banyak penduduk Desa Trikora kini bekerja di PT BJA.
Desa Trikora merupakan lokasi pelabuhan terminal khusus yang digunakan untuk pengapalan pelet kayu hasil produksi PT BJA. Pelabuhan tersebut menyedot lebih dari 100 tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Karyawan yang bekerja di pelabuhan berasal dari desa-desa sekitar.
Menurut Umar, sebelumnya mayoritas masyarakat Desa Trikora bekerja sebagai buruh harian. Penghasilan yang mereka peroleh hanya sekitar Rp 100.000-Rp 150.000 per hari. Itu pun mereka harus menanggung biaya makan. Sebagian lagi pengangguran.
*Di pelabuhan milik PT BJA, Umar bilang, tenaga kerja bongkar muat bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 4 juta.
“Banyak dari warga yang sekarang bekerja di pelabuhan sekarang punya motor bagus-bagus. Alhamdulillah, sebagai kepala desa saya bersyukur tak tidak lagi pusing memikirkan nasib masyarakat,” imbuh Umar.
Haryono Gobel, salah satu tokoh masyarakat di Desa Trikora, mengamini, tidak ada keluhan yang datang dari masyarakat yang tinggal di desa yang menjadi binaan PT BJA. Keluhan biasanya datang dari orang luar, misalnya dari kelompok tertentu atau dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang sedang mencari panggung.
“Dua bulan lalu ada yang mau unjuk rasa dari pihak tertentu. Masyarakat sekitar bersama para karyawan justru menunggu para pengunjuk rasa untuk membela perusahaan. Mereka merasa yang tadinya tidak punya pekerjaan sekarang memiliki pekerjaan dan penghasilan sehingga mereka tidak mau jika pengunjuk rasa mengatasnamakan mereka untuk menuntut ini-itu,” kata Haryono beberapa waktu lalu.
Lebih jauh, Haryono mengatakan, perusahaan telah melakukan berbagai kewajibannya terhadap desa binaan. Perekrutan tenaga kerja juga dilakukan dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal. Perusahaan juga mendidik tenaga kerja agar skillnya bertambah dan bisa naik tingkat menjadi tenaga profesional.
Ekonomi di Popayato juga terus meningkat semenjak kehadiran PT BJA. Ini bisa dirasakan dari aktivitas di Pasar Popayato yang biasanya hanya berlangsung seminggu sekali. Sejak ada PT BJA, Pasar Popayato kini buka seminggu dua kali.
Di bidang kesehatan, Haryono melanjutkan, perusahaan menyediakan ambulans yang bisa digunakan masyarakat yang membutuhkan, khususnya jika ambulans milik puskesmas sedang tidak di tempat. Di bidang infrastruktur jalan, perusahaan membangun jalan yang begitu panjang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
“Saya sampaikan ini sesuai fakta yang terjadi. Saya tidak mengada-ada. Bagi saya, investasi perusahaan ini bukan kaleng-kaleng. Dampak ekonominya sangat terasa,” kata Haryono.
Kencangnya perputaran uang di daerah Papoyato dan sekitarnya bisa dilihat dari pengisian uang tunai di mesin ATM Bank BRI yang berada di daerah Popayato. Ada empat mesin ATM di Popayato, salah satunya berada di kawasan pabrik PT BJA. Jauh lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Pohuwato yang rata-rata hanya ada 1 mesin ATM.
Ardiansyah, Kepala Unit Bank BRI Unit Tapal Batas mengatakan, pengisian uang tunai di empat mesin ATM Bank BRI yang berada di daerah Popayato dilakukan sepekan sekali. Setiap kali mengisi, jumlahnya berkisar Rp 800 juta. Saat tanggal penerimaan gaji di PT BJA, pengisian bisa dilakukan dua kali dalam sepekan.
Dengan asumsi pengisian mesin ATM sebanyak lima kali, dalam sebulan perputaran uang di Popayato bisa mencapai Rp 4 miliar. Itu baru dari uang tunai yang diambil dari ATM Bank BRI saja.
“Waktu tanggal gajian, enggak sampai satu hari, uang tunai di mesin ATM bisa habis. Itu sebabnya, kami sering mengalihkan penarikan uang tunai ke agen-agen BRILink. Untuk membuka lapangan kerja juga,” tutur Ardiansyah. (*)