Opini

Revitalisasi Nilai “ Taro Ada, Taro Gau” Dalam Kepemimpinan Modern

Oleh: Dr. Muh. Sabir M,SE.,M.Si (Akademisi)

Prinsip ‘Taro Ada, Taro Gau‘ dalam budaya Bugis telah lama menjadi pilar utama untukmembangun kepercayaan dan kehormatan dalam kehidupan sosial. Filosofi ini menegaskan bahwa seseorang harus menjaga keselarasan antara kata-kata dan tindakan, sebagai sebuah nilaiyang menjadi dasar dari kepemimpinan berintegritas (Juhansar, 2020).

Namun, prinsip inisemakin jarang dijunjung tinggi dalam konteks kepemimpinan modern saat ini karena banyakpemimpin yang kehilangan kredibilitasnya diakibatkan kegagalan mereka dalam memenuhijanjinya dan inkonsistensi dalam tindakan. Revitalisasi nilai ‘Taro Ada, Taro Gau‘ dalam kepemimpinan menjadi sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan seseorang terhadappemimpin mereka.

Salah satu faktor yang menyebabkan melemahnya nilai ‘Taro Ada, Taro Gau‘ dalam kepemimpinan adalah sikap pragmatisme yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadiatau kelompok di atas kepentingan bersama. Janji-janji politik atau ungkapan seorang pemimpinseringkali menjadi alat manipulatif yang dengan mudah disebarluaskan tanpa tanggung jawab untuk menepatinya atau melakukannya.

Tetapi, keberanian untuk menepati janji dan bertindaksesuai dengan ucapan adalah cerminan dari harga diri dan kehormatan seseorang dalam budayaBugis, yang dikenal dengan konsep (Juhansar, 2020). Jika seorang pemimpin tidakdapat menjaga kehormatan dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia dapat menjaga kehormatanyang dipimpinnya?

Di sisi lain, nilai ‘Taro Ada, Taro Gau‘ sejatinya tidak hanya berkaitan dengan aspek moral, tetapijuga memiliki implikasi praktis dalam membangun kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yangmemegang teguh prinsip ini akan lebih dipercaya oleh masyarakat atau individu yang dipimpinnya,dan pada akhirnya akan meningkatkan stabilitas dan efektivitas dalam kepemimpinan.

Misalnya,pemimpin perusahaan dalam konteks dunia bisnis, yang konsisten dengan kebijakan dan visinyaakan lebih dihormati oleh karyawan dan mitra bisnisnya. Ini menunjukkan bahwa integritas tidakhanya memiliki nilai moral, tetapi juga dapat menjadi aset strategis dalam kepemimpinan (Fatmawati & Kurnia, 2024).

Revitalisasi nilai ‘Taro Ada, Taro Gau‘ dapat dimulai dari pendidikan karakter bagi calon pemimpinsejak dini. Pendidikan berbasis harus diperkuat agar generasi mendatang memahami pentingnya menjaga keselarasan antara kata dan perbuatan. Selain itu, masyarakatjuga harus lebih aktif dalam menuntut pemimpin yang berintegritas. Nilai-nilai seperti, ‘sipakatau‘ ‘sipakainge‘ dan dalam budaya Bugis, mengajarkan pentingnya saling menghormati, mengingatkan, dan menghargai satu sama lain (Kaddi & Dewi, 2017). Jika masyarakat menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sosial, maka mereka akan lebih selektifdalam memilih pemimpin yang benar-benar layak dan memiliki integritas.

Prinsip ‘Taro Ada, Taro Gau‘ sejalan dengan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab dalammenjalankan amanah. Seorang pemimpin tidak hanya akan dimintai pertanggungjawaban olehorang yang dipimpinnya, tetapi juga pertanggung jawaban pada Tuhan atas segala keputusandan janji yang di buat (Patmawati, 2016). Oleh karena itu, pemimpin yang baik bukan hanyamereka yang memiliki visi besar, tetapi juga mereka yang dapat mempertanggungjawabkan setiap ucapannya.

Kepemimpinan modern menghadapi berbagai tantangan baru, tetapi nilai-nilai fundamental seperti ‘Taro Ada, Taro Gau‘ tetap relevan dan harus terus dijunjung tinggi. Penerapan prinsip ‘Taro Ada, Taro Gau‘ dalam kehidupan politik, bisnis, dan sosial, dapat membangun masyarakatyang lebih berintegritas, berkeadilan, dan harmonis. Jika para pemimpin benar-benarberkomitmen untuk menepati janji dan bertindak sesuai dengan kata-kata mereka, bukan tidakmungkin jika kita akan melihat kebangkitan kepemimpinan yang lebih kuat dan terpercaya dimasa yang akan datang.

Related Posts