Parlemen

DPRD Gorontalo Pastikan Ekspor Wood Pellet Tidak Ganggu Wilayah Tangkap Gurita di Torosiaje

KABUPATEN POHUWATO – Menindaklanjuti laporan Forest Watch Indonesia (FWI) terkait aktivitas ekspor pelet kayu (wood pellet) yang diduga mengganggu wilayah tangkap gurita di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo melakukan kunjungan lapangan ke lokasi pada Sabtu (5/7/2025).

Kunjungan tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo sekaligus Koordinator Komisi II, Ridwan Monoarfa, bersama Ketua Komisi II, Mikson Yapanto, dan Anggota Komisi II dari Dapil Pohuwato–Boalemo, Limonu Hippy, Rombongan turut didampingi jajaran Sekretariat Dewan DPRD Provinsi Gorontalo.

Kegiatan itu juga melibatkan sejumlah jurnalis, aktivis lingkungan, serta pemerhati konservasi pesisir yang selama ini memantau keberlanjutan ekosistem laut di kawasan Torosiaje.

Menurut Ketua Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo, Mikson Yapanto, kunjungan ini bertujuan untuk menelusuri langsung kebenaran laporan mengenai dugaan gangguan terhadap wilayah konservasi gurita akibat aktivitas bongkar muat wood pellet di perairan Popayato.

“Setelah berdiskusi langsung dengan nelayan dan pemerhati lingkungan di lapangan, kami tidak menemukan indikasi bahwa wilayah tangkap gurita terganggu. Lokasi pelabuhan ekspor wood pellet berada cukup jauh dari zona tangkap tradisional masyarakat,” jelas Mikson.

Pernyataan itu diperkuat oleh keterangan warga setempat. Jakson Sompa (54), nelayan gurita sekaligus pemerhati lingkungan dari Japesda, menuturkan bahwa aktivitas ekspor wood pellet tidak mempengaruhi hasil tangkapan maupun habitat gurita.

“Saya melaut setiap hari, dan tahu persis area tangkap kami. Lokasi pelabuhan itu jauh dari zona gurita, dan sampai sekarang tidak ada gangguan,” kata Jakson.

Hal senada disampaikan Husain Onte (55), perwakilan komunitas pengumpul gurita di Desa Torosiaje. Ia mengakui bahwa pada awalnya kapal pengangkut sempat berlabuh dekat wilayah tangkap, namun kini lokasi sudah bergeser menjauh.

“Awalnya memang agak dekat dan sempat mengganggu, tapi sekarang pelabuhannya sudah dipindahkan. Hasil tangkapan kami juga normal kembali,” ujarnya.

Meski temuan di lapangan menunjukkan tidak ada gangguan signifikan, Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo memastikan akan terus melakukan pengawasan berkelanjutan.

“Kami tidak berhenti sampai di sini. Komisi II juga akan mengunjungi pabrik wood pellet yang berjarak sekitar 30 kilometer dari permukiman warga untuk meninjau langsung proses produksi dan pemanfaatan tanaman energi seperti gamal dan kaliandra,” tambah Mikson.

Komisi II menegaskan pentingnya keseimbangan antara investasi dan pelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat pesisir.

“Kami mendorong semua pihak—pemerintah, perusahaan, dan masyarakat—untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan sumber daya alam,” pungkas Mikson (***)

Related Posts