Oleh Nasihin Masha, Wartawan Senior
JAKARTA– Pilkada 2024 telah selesai dan sudah diketahui hasilnya. Hal ini sekaligus mengakhiri tahun 2024 sebagai tahun politik, karena pada Februari 2024 telah dilakukan pemilu legislatif (DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, dan DPD RI) dan pemilihan presiden.
Bagi partai politik, juga bagi politisi yang ikut dalam pemilu legislatif maupun pilpres serta yang mendapat tugas sebagai ketua partai maupun penanggung jawab pemenangan (DPC/DPD/DPW/DPP maupun korwil dan tim pemenangan) berakhirnya semua proses politik tersebut merupakan ajang evaluasi tersendiri.
Dia adalah anggota DPR RI dari Partai Nasdem yang juga bertanggung jawab terhadap pemenangan di Provinsi Gorontalo, yang kemudian di saat terakhir ditunjuk menjadi ketua DPW Partai Nasdem Gorontalo. Berikut ini adalah laporan serialnya tentang Rachmat Gobel sebagai politisi.
Politik Pembangunan dan Politik Kesejahteraan
Tanpa meya-meya, tanpa biyu-biyu, tanpa serangan fajar, dan tanpa money politics ternyata Rachmat Gobel meraih suara terbesar perorangan di Gorontalo. Hal itu membuat semakin yakin bahwa rakyat masih sehat, tak seperti yang banyak dibayangkan orang bahwa budaya korupsi lahir di masyarakat yang juga korup. Yang benar adalah pepatah Yunani bahwa ikan busuk dimulai dari kepalanya. Jadi kerusakan rakyat akibat kerusakan para pemimpinnya. Jika pemimpin baik maka rakyat pun akan baik. Atas dasar itulah Rachmat Gobel mulai bekerja.
Katanya, “Bila setiap suara adalah amanah maka bagi saya setiap detik adalah pengabdian dan ibadah”. Itulah kata-kata yang sering diucapkan Rachmat Gobel di berbagai kesempatan. Untuk mewujudkan amanah itu ia memiliki tagline “Politik Pembangunan dan Politik Kesejahteraan”. Setiap bulan ia keliling Gorontalo, minimal sekali dalam satu bulan dengan durasi sekitar satu pekan. Kadang bisa dua kali dalam satu bulan. Jadi dalam lima tahun – 2019-2024 — ia minimal 60 kali ke Gorontalo. Ada ribuan titik yang ia kunjungi. Karena per hari ia bisa 3-5 titik. Ia keliling ke enam kabupaten/kota di Gorontalo, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo Utara.
Ada banyak kisah yang ia temukan di lapangan yang membuat ia makin mendalam cintanya untuk membangun Gorontalo. Suatu kali ia menemui seorang anak yang tidak mau bersekolah. Setelah diajak dialog, ternyata ia diolok-olok teman-temannya karena jarang mandi. Mengapa jarang mandi? Di kampungnya tidak ada sumber air. Wilayah Gorontalo memang berbukit-bukit dengan tanah berbatu, karena itu sebagian wilayah sulit mendapatkan sumber air untuk mandi, cuci, kakus (MCK).
Kali lain ia mendapati ada orang meninggal yang tak kunjung dikubur. Mengapa? Ternyata jenazahnya belum dimandikan karena sulit mendapatkan air bersih. Karena itu ia kemudian membeli mobil tanki air untuk mendrop air di wilayah-wilayah yang sulit air. Ia juga membangun sumur bor bawah tanah. Saat keliling, ia juga mendapati rumah-rumah petak dari kayu yang dihuni lebih dari tiga keluarga. Kali lain ia melihat ada gubuk kecil di tengah hutan. Ternyata dihuni seorang nenek sendirian karena anak-anaknya harus merantau mencari rezeki ke kota.
Karena itu, setelah lebih dari satu tahun keliling Gorontalo, ia mencanangkan apa yang ia sebut sebagai Visi 2051. Visi ini lahir atas permenungan dan pemikirannya, temuannya di lapangan, menimbang tradisi dan kondisi sosial ekonomi politik, serta menerjemahkan visi Surya Paloh dan ideologi Partai Nasdem. Butuh visi besar untuk menyelesaikan semua problem di Gorontalo. Visi ini berjangka 30 tahun.
Ia bertekad menjadikan Gorontalo sebagai provinsi termakmur nomor lima di Indonesia. Visi ini terdiri atas lima fundamen dan delapan instrumen, yang dalam Bahasa Gorontalo adalah Limo Lo Walama Lo Duduta’a, Walu Lo Amango Tonulahu atau Lima Fundamen yang Saling Menguatkan, Delapan Instrumen yang Saling Mengindahkan. Lima Fundamen tersebut adalah Kepemimpinan, Kolaborasi, Serambi Madinah, Perdaban Baru, serta Politik Pembangunan dan Politik Kesejahteraan. Sedangkan Delapan Instrumen tersebut adalah Pendidikan & Kesehatan, Koperasi, Lumbung Pangan, Pertanian, Perikanan-Kelautan, UMKM, Pariwisata, serta Pelabuan Internasional Anggrek dan Kawasan Ekonomi Khusus Pangan. Basisnya adalah sumberdaya manusia yang berkualitas, kendaraannya adalah pertanian dan perikanan, ujungnya adalah pelabuhan dan industri pangan. Akan ada investasi yang bisa mencapai Rp 10 triliun dan menyerap sekitar 100 ribu tenaga kerja. Hal itu cukup untuk menghela kemajuan yang akseleratif.
Itulah program jangka panjang yang harus diwujudkan.
Gravitasi Ekonomi Baru
Sambil menanti perwujudan Visi 2051, Rachmat Gobel melakukan upaya-upaya cepat untuk menyelesaikan problem masyarakat, menggairahkan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja. Semua dana yang berasal dari fasilitas DPR benar-benar diberikan semuanya untuk masyarakat, tak terhitung dana pribadinya.
Sebagai wakil rakyat, ia juga memiliki program aspirasi. Semua dilakukan berdasarkan situasi objektif di lapangan, tak ada kaitan dengan orang atau wilayah yang telah memilihnya. Juga tak ada ancaman harus memilihnya. Semua untuk rakyat Gorontalo dan semua adalah orang Gorontalo. Saat Covid-19, khususnya di awal pandemi, semua kesulitan alat kesehatan dan obat-obatan. Melalui jejaring internasionalnya, khususnya Jepang, ia bisa mendapatkannya. Karena tak ada penerbangan, ia mencarter pesawat khusus.
Di sektor pertanian, ia menggelontorkan traktor, handspray, penggilingan padi, pembangunan irigasi, obat-obatan, pupuk, bibit, dan beragam alat pertanian lainnya. Puncaknya adalah pembangunan bendungan di Bulango Ulu. Ia juga melakukan uji coba pupuk untuk pertanian padi, jagung, dan singkong. Untuk padi naik dua kali lipat, untuk jagung naik 2,5 kali lipat, dan untuk singkong melejit hingga 4-6 kali lipat.
Untuk transportasi, ia melanjutkan pembangunan bandara Panua di Pohuwato yang lama mangkrak. Suatu kali harga jagung drop karena panen berlimpah dan dihalangi untuk ekspor. Ia langsung mengontak berbagai pihak sehingga bisa ekspor lagi dan harga jagung pun meningkat lagi. Untuk sektor perikanan ia memberikan bantuan kapal maupun jaring.
Di sektor pariwisata, ia membangun Pantai Tamendao di Leato, Kota Gorontalo. Kawasan yang dulunya kumuh menjadi ramai. Jika akhir pekan lalu lintas macet. Muncul kafe-kafe dan pedagang UMKM. Di Torosiaje, Pohuwato, ada perkampungan laut Suku Bajo. Ia tata menjadi rapi dan indah serta menjadi destinasi wisata baru.
Di Kabupaten Gorontalo, Menara Pakaya ia pasangi lampu dan ditata serta dirapikan. Jika malam menjadi gemerlap seperti Menara Tokyo. Kali ini menggunakan dana miliaran rupiah dari kantong pribadi. Pedagang dan kafe bertumbuhan, Wisatawan berdatangan, Terakhir, ia menata Danau Perintis, yang sepi, gelap, dan di pinggir hutan. Ia pasang lampu-lampu, ia pasang kapal berdesain Kapal VOC dari tembaga dengan harga Rp 8 miliar, dan juga air mancur yang mirip dengan yang di Danau Jenewa di Swiss dan di Pantai Amsterdam.
Semua dengan dana pribadi. Kini, tiket masuknya saja sudah menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) nomor dua di Kabupaten Bone Bolango. Wisatawan berdatangan dan kafe serta pedagang tumbuh subur. Ia juga menyelenggarakan festival-festival yang mendatang wisatawan, menghidupkan UMKM, dan memberikan hiburan seperti Festival Ikan Tuna di Kabupaten Bone Bolango, Festival Pantai Bolihutuo di Kabupaten Boalemo, Festival Musik Milenial di Kota Gorontalo, Festival Balon Udara, dan Festival Layang-layang.
Di sektor pendidikan ia membangun PAUD berstandar internasional, memberikan beasiswa, menyelenggarakan cerdas-cermat, membangun kembali Politeknik Gorontalo, dan membangun asrama tiga tingkat di pesantren Al Khairaat di Tilamuta. Ia juga membangun asrama tiga tingkat untuk tenaga kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara dan membangun rumah lansia dua tower bertingkat tiga di Kabupaten Bone Bolango. Ia juga membangun rumah melalui program BSPS.
Selain hal-hal itu ia juga gerak cepat jika musim hujan dan ada musibah banjir atau longsor. Ia akan membagikan selimut, kasur, sembako, perahu karet, pelampung, jaket, dan lain-lain kepada masyarakat yang membutuhkan.Biaya semua itu ada yang dari dana pribadi, ada yang dari APBN. Jadi, anggota DPR pun bisa berbuat konkret, tak hanya melakukan pengawasan, legislasi, dan penganggaran. Yang dibutukan hanyalah kreativitas, kejujuran, kebersihan, dan jejaring yang baik. Dan, yang utama adalah visi dan kemauan untuk mengabdi dan berbakti kepada bangsa dan negara.