GORONTALO – Ketua Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo, Mikson Yapanto, memberikan apresiasi terhadap gaya kepemimpinan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah.
Apresiasi itu disampaikan Mikson usai menghadiri pertemuan yang berlangsung di Kawasan Wisata Tamendao, Kota Gorontalo, Sabtu (1/11/2025).
Mikson mengatakan, Gusnar-Idah, berhasil membangun politik tanpa sekat dan merangkul seluruh elemen, termasuk mantan rival Pilgub.
“Pertemuan Gusnar Ismail dengan Anggota DPR RI sekaligus Ketua DPW Partai NasDem Gorontalo, Rachmat Gobel, menjadi bukti kedewasaan politik dan kemampuan Gusnar–Idah menjaga ruang kolaborasi lintas kepentingan demi percepatan pembangunan daerah,” Kata Mikson.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Marten Taha, salah satu lawan politik Gusnar dalam pemilihan gubernur sebelumnya, yang kini ikut duduk dalam tim kerja Rachmat Gobel.
“Pertemuan itu menjadi bukti kedewasaan politik dan jiwa besar Gusnar Ismail sebagai pemimpin” ucap Mikson.
Ia menilai, sikap seorang pemimpin diuji bukan hanya dalam kemenangan, tetapi dalam kemampuannya untuk merangkul mereka yang dulu berseberangan.
“Pak Gusnar dan Ibu Idah memperlihatkan kelas pemimpin yang sesungguhnya. Mereka tidak menaruh dendam politik, justru membuka ruang dialog untuk semua pihak. Ini politik yang membangun, bukan memecah,” ujar Mikson.
Dalam pertemuan tersebut, Gusnar Ismail bersama Rachmat Gobel membahas kolaborasi di bidang pertanian, kesehatan, dan penguatan UMKM.
Mikson menyebut, langkah itu menunjukkan kesamaan visi antara pemerintah daerah dan wakil rakyat di pusat untuk memperkuat ekonomi masyarakat.
“Rachmat Gobel punya perhatian besar terhadap Gorontalo. Salah satunya memperjuangkan penambahan anggaran untuk RSUD Ainun Habibie. Itu bukan hanya bentuk kepedulian terhadap kesehatan, tapi juga penghormatan kepada B.J. Habibie, tokoh bangsa yang namanya diabadikan di rumah sakit tersebut,” kata Mikson.
Ia menambahkan, sinergi antara Gusnar, Idah, dan Rachmat Gobel adalah bentuk kerja politik yang cerdas dan berorientasi pada hasil.
Model kepemimpinan yang ditunjukan Gusnar harus menjadi contoh bagi generasi muda dan elit politik daerah.
“Pak Gusnar dan Ibu Idah tidak hanya memimpin dari kantor, mereka terjun langsung ke masyarakat. Menyentuh rakyat kecil, mendengar keluhan mereka, dan mencari solusi bersama. Itu kepemimpinan yang berjiwa sosial tinggi,” lanjutnya.
Mikson menyebut, kesederhanaan dan empati yang ditunjukkan Gusnar dan Idah membuat keduanya dekat di hati masyarakat.
Ia bahkan menyebut gaya kepemimpinan mereka sebagai bentuk nyata dari “politik kemanusiaan” di mana kekuasaan digunakan untuk melayani, bukan dilayani.
“Kalau semua pemimpin punya semangat seperti Gusnar dan Idah, Gorontalo akan cepat maju. Mereka memimpin dengan hati, dan itu yang membuat mereka dihormati, bahkan oleh mantan lawan politik,” tutur Mikson.
Ia berharap, semangat keterbukaan dan kolaborasi itu terus dijaga.
“Kita sudah lihat, ketika politik dijalankan dengan niat baik, yang lahir bukan perpecahan, tapi kerja nyata untuk rakyat,” tutupnya. (*)










