SEJARAH – Suku Mongondow merupakan suku yang hidup di provinsi Sulawesi Utara, tepat di perbatasan dengan Gorontalo atau wilayah Kotamobagu dan kabupaten sekitarnya. Sama seperti suku Kaili, suku ini sebagian besar memeluk agama Islam.
Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama Bolaang Mongondow, yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow.
Nama Bolaang berasal dari kata “Bolango” atau “Balangon” yang berarti Laut. “Bolaang” atau “Golaang” dapat pula berarti menjadi Terang atau Terbuka dan Tidak gelap, namun secara istilah kata bolaang atau bolang adalah berarti perkampungan yang ada di laut sedangkan Mongondow adalah perkampungan yang ada di hutan atau gunung.
Orang-orang Suku Mongondow mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari pasangan Gumalangit dan Tendeduata serta pasangan Tumotoiboko dan Tumotoibokat, yang tinggal di Gunung Komasan, yang sekarang masuk ke dalam Bintauna.
Masing-masing dari pasangan ini menurunkan keturunan yang kemudian menjadi suku Mongondow.
Jumlah masyarakat Suku Mongondow yang semakin lama semakin bertambah banyak membuat penyebaran populasi mereka kian meluas hingga ke daerah-daerah bukan tempat asal mereka, yaitu: Tudu (desa) di Lombagin, Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan, Tudu di Passi, Tudu di Lolayan, Tudu di Sia’, Tudu di Bumbungon, Mahag, Siniow, dan tudu-tudu lain sebagainya.
Mata pencaharian suku Mongondow pada masa itu adalah berburu hewan, menangkap ikan, mengolah sagu dan mencari umbi di hutan. Pada umumnya mereka belum mengenal cara bercocok tanam.
Sumber: akun FB Dii Ceria